Halte TransJakarta Cawang Cikoko (gambar milik pribadi).

Semalam aku menangis ke Ayahku,

Tan Himada
2 min readJun 5, 2024

--

Lalu bilang,

Aku capek…

Mengeluhkan hal-hal yang tertahan dalam diriku sejak 5 tahun terakhir.

***

Semalam aku menangis, ke Ayahku.

Mempertanyakan mengapa teman-temanku yang berada di tingkat akhir mendapatkan full-support, sedangkan aku merasa berjuang sendiri.

***

Semalam aku menangis..

Hingga sembab, pada Ayahku.

Mengatakan bahwa satu tahun terakhir aku sudah tak memiliki keinginan untuk hidup dan aku ingin berhenti bertanggungjawab.

***

Aku tak ingin lagi jadi yang terus mengalah, aku juga ingin dimengerti.

Aku tak ingin lagi jadi yang terus menahan dan berdiam diri, sesekali aku ingin egoku dituruti.

Aku tak ingin lagi hidup jadi yang paling dewasa, aku ingin dibiarkan menikmati usiaku sekarang. 22, 23, 24 tahun dan sepantarannya.

Aku ingin menyerah…

begitu ucapku.

Ayahku terdiam cukup lama.

Kami tak sedang berada pada suatu tempat tertentu. Kami tak di cafe, bukan di restaurant, atau pusat perbelanjaan. Kami berbicara di atas motor sembari berkeliling di sekitar lingkungan tempat tinggal.

Berhenti menangis, kamu bikin malu,

kukira itu yang akan Ayahku ucapkan.

***

Nyatanya, Ayahku meminta maaf.

Akibat belum mampu memenuhi semua ‘standar minimum’ yang kuajukan. Akibat aku menanggungnya sendirian. Akibat perasaan ‘gagal’ yang juga beliau rasakan.

Semalam aku menangis..

karena Ayahku.

Mendekati jalan pulang, aku sadar lebih banyak hal yang ditahan Ayahku. Yang tidak diceritakannya. Yang tidak diungkitnya. Yang tidak dikeluhkannya.

***

Dan sekali lagi aku menangis,

Karena Ayahku sudah berkorban lebih banyak, sedang aku hanya menuntut lebih sering.

Semoga Allah selalu menjaga Ayahku.

–Bumi Allah, 28 Dzulqaidah 1445 H

--

--

Tan Himada

seorang eksil dalam mayapada asing; wrote: tour to the Netherworld, shortly.